Oleh: Darsun
(Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PCIM Malaysia, Pengelola Restoran Wasola)
Muhammad Firdaus, begitulah nama anak kecil itu saat menjadi murid TK ABA 16 dan MIM 4 Wotan Panceng Gresik, Jawa Timur. Meskipun rumah kami berdekatan, saya waktu itu tidak mengenalnya. Karena selain rentang usia antara kami, saat itu saya sudah merantau ke Malaysia.
Dibawa merantau ke Kuala Lumpur oleh orang tuanya, Firdaus kecil masuk Sekolah Indonesia Kuala Lumpur milik pemerintah Indonesia, lalu SMA-nya berlanjut di Sekolah Menengah Teknik Gombak, dan kuliah diploma di Politeknik Shah Alam.
Putra pertama pasangan pekerja migran aktivis Muhammadiyah Malaysia Masyhur Sugianto dan Siti Sitatun ini mendapat kesempatan berharga kuliah S1 jurusan Geofisika di Universitas Sains Malaysia. Tidak berhenti disitu, S2-nya dalam bidang Petroleum Geoscience ditempuh di kampus terkenal Universiti Teknologi Petronas (UTP). Sebuah pencapaian luar biasa.
Di Malaysia, pemuda kelahiran 23 Maret 1991 ini lebih dikenal dengan nama Eko March Handoko Bin Masyhur. Itulah nama yang tertera di KTP-nya. Namun kami tetap memanggilnya dengan panggilan Daus (diambil dari nama kecilnya, Muhammad Firdaus).
Rumah orangtuanya ibarat markas bagi warga persyarikatan, terutama bagi anggota Ikatan Warga Muhammadiyah Ranting Wotan (Ikawamuraw) dan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Kepong.
Meski kami sering berkumpul disana, namun terbilang jarang bisa bertemu dengannya di rumah. Disiplin keilmuan dan jiwa berpetualang membuat Daus banyak menghabiskan waktu di alam bebas. Hutan, lembah, dan bukit adalah sahabatnya. Puncak tertinggi di Malaysia, yaitu gunung Kinabalu, sudah pernah ia taklukkan.Bahkan gunung Fuji Jepang dan Anapurna Base camp Himalaya, Nepal serta beberapa gunung di Indonesia juga sudah ia daki.
Disamping itu, jiwa kesalehan sosial Daus tidak berbeda dengan orang tuanya yang merupakan aktifis Muhammadiyah dan Aisyiyah di Malaysia. Firdaus aktif membantu sang ayah setiap kali menyalurkan zakat fitrah yang dikoordinir oleh Persyarikatan. Bahkan jauh sebelum ada isu pengibaran bendera putih oleh mereka yang terdampak akibat diberlakukannya Perintah Kawalan Pergerakan (PKP), Firdaus/Eko sudah turun membantu siapapun yang memerlukan dengan memanfaatkan media sosialnya.
Selain jiwa sosialnya yang tinggi, kecintaannya terhadap persyarikatan juga sangat kental. Teringat betapa antusiasnya dia mengikuti acara reuni dan Safari Dakwah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia ke Gresik dan Lamongan (Gresla) pada tahun 2018 lalu. Tatkala PCIM Malaysia melakukan aksi penggalangan donasi gempa dan tsunami di Palu pada tahun yang sama, Firdaus menyurati ketua PCIM Sonny Zulhuda bahwa dia siap untuk ikut relawan ke Palu jika diperlukan.
Saya sering berdiskusi dengan rekan-rekan PRIM Kepong khususnya, berharap besar Firdaus akan menjadi diaspora penerus perjuangan persyarikatan di negeri jiran ini.
Di era pandemi, Firdaus dan ayahnya Pak Masyhur juga punya andil yang sangat besar dalam usaha pendirian amal usaha perdana PCIM Malaysia, Warung Soto Lamongan (Wasola). Untuk persyaratan administrasi dan perizinan, kesediaan Firdaus dan Pak Masyhur untuk mendaftarkan namanya menjadi kunci penting berdirinya Wasola.
Peran tersebut dirangkum secara tegas oleh ketua PCIM Malaysia.
“Eko seorang yang baik, rendah hati meski berilmu tinggi. Perannya sangat penting dalam pendirian Wasola. Dia bukan sekedar meminjamkan nama, tapi dengan semangatnya mendorong supaya amal usaha kita menjadi realita. Dialah yang membuka palang dan menyodorkan jalan. Dengan semangat itu almarhum Eko membuka gerbang bagi PCIM Malaysia untuk ‘sampai’ ke Wasola”.
Menurut teman yang bersamanya di Kuala Lipis Pahang, tanggal 12 Juli lalu adalah kali terakhir dia menjelajah hutan. Setiap malam dia selalu bercerita soal pekerjaannya dan juga cita-citanya nanti.
Dia berencana menyambung Ph.D di UTP dan menjadi dosen, sehingga mempunyai banyak waktu bersama keluarga. “Saya ingin menjadi seorang Profesor.” ujarnya.
Sontak ucapannya membuat rekan-rekannya tertawa. Bukan meragukan kemampuan intelektualnya, tapi meragukan mampukah dia meninggalkan hutan dan menghapus jiwa petualangnya?
Sambil bercanda, dia berkata akan memberi nama putrinya Eka Augustina Handoko. Namun dia juga menegaskan, dia sudah menyiapkan nama terbaik untuk calon putrinya, namun nama itu masih dirahasiakan hingga sang putri lahir nantinya.
Tanggal 16 Juli dia memberitahu telah positif terjangkit Covid-19 dan masuk pusat karantina. Padahal dalam minggu-minggu itu istrinya diperkirakan akan melahirkan. Dia masih sempat berseloroh akan mengadzankan bayinya secara virtual.
Enam hari setelahnya, pada 22 Juli, Firdaus harus dipindahkan ke rumah sakit dan dipasang oksigen. Lima hari setelah itu, tanggal 27 Juli dia masuk ke ruang ICU karena terkena serangan jantung. Pada tahap inilah dia baru memberi tahu orang tuanya. Dia sengaja tidak menginfokan lebih awal karena tidak mau membuat orang tuanya sedih.
Pada tanggal 2 Agustus diberitakan bahwa dokter terpaksa menidurkannya untuk menghindari berulangnya serangan jantung, sedangkan obat pencair darah hanya bisa disuntikkan sekali saja. Qodarullah, pagi hari tanggal 2 Agustus itu, Firdaus alias Eko telah kembali ke rahmatullah. Innaa lillaah wa innaa ilaihi rooji’uun. Seantero warga persyarikatan di Malaysia berduka.
Keesokan paginya, tanggal 3 Agustus pukul 5 pagi, sang istri, Yasmin Ibrahim melahirkan anak yang dikandung dengan selamat. Seorang putri cantik yang diberi nama, Ayra Kamila. Nama rahasia yang selama ini telah dipersiapkan oleh ayahnya yang tak sempat melihatnya dan mengadzankannya. Semoga kehadiran sang putri sedikit mengobati kehilangan yang dirasakan oleh keluarganya.
Kepergian Eko tentu bukan hanya kehilangan bagi orang tua, adik dan keluarganya, tapi juga kehilangan besar bagi warga PCIM Malaysia.
“Kita berharap banyak pada kader muda militan seperti Eko, yang bisa dan mau melanjutkan perkembangan persyarikatan di bumi Hang Tuah ini,” ujar Sekretaris PCIM Malaysia, Sulthon Kamal menyampaikan rasa kehilangannya.
Mas Daus, hanya satu malam membatasi antara pagi kepergianmu dan pagi kehadiran cahaya matamu, Ayra Kamila.
Cepatnya insinyur muda itu pergi, dua minggu menjelang ulang tahun Wasola, amal usaha restoran persyarikatan yang insya Allah menjadi salah satu amal jariyahmu.
Selamat jalan Mas Eko March Handoko, Mas Muhammad Firdaus. Terima kasih atas segalanya. Damailah disana. KepadaNya kita semua akan kembali.