Potensi Ulul Albab Menuju Muhammadiyah Berkemajuan
KUDUS, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) mengadakan Pengajian rutin Badan Pembina Harian, dosen dan Tenaga Kependidikan secara daring pada Senin, 31 Januari 2022. Kegiatan yang dibuka oleh Rektor UMKU Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid) tersebut diikuti oleh Pengurus Badan Pembina Harian, dosen dan Tenaga Kependidikan, dengan tema “Kesadaran Ulul Albab Dalam Merefleksikan Kemuhammadiyahan Menuju Potensi Yang Berkemajuan”.
Materi disampaikan oleh Prof. Dr. H. Suparman Syukur, M.A., Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah yang juga guru besar Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Materi yang diterima oleh peserta pengajian adalah Peringatan ketegasan hukum dalam kehidupan, Siapa ulul Albab ? menurut Suparman Syukur, Ulul Albab ada 3 (tiga) kelompok adalah:
Pertama, Taqarrub Ilallah. Di mana pun kita berada, selalu mendekatkan diri pada Allah yang arahnya melalui ketaqwaan, karena ketaqwaan merupakan derajat tertinggi, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Al Dzariyat (51) : 15-22 “ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada didalam taman-taman (surga) dan mata air, mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik, mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhirnya malam mereka memohon ampunan kepada Allah, dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta, dan di bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan ?, dan dilangit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu”.
Kedua, kesederhanaan. Sederhana dalam keadaan fakir maupun kaya firmanNya dalam Q.S. Al An’am (6): 141, dalam Q.S. Al Furqon : 67 yang artinya, “Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar”
Ketiga, berbuat adil. Berlaku adil ketika marah maupun tidak, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ (4):58 “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”
Berikut merupakan hal-hal yang bersifat merusak (Al-Muhlikat):
Pertama, bakhil, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Isra’ (17) : 29-30, “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal, Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya”.
Kedua, hawa nafsu. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Asbab al-Takhallush Min al-Hawa menyebutkan bahwa “hawa nafsu adalah kecondongan jiwa kepada sesuatu yang selaras dengan keinginan. Allah Swt berfirman “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Ketiga, sombong (melihat dirinya dengan penglihatan yang sempurna). Adapun cara menghilangkan dengan senang mengucapkan salam kepada orang lain, memberikan makanan kepada orang lain, dan sholat malam (qiyamul lail). (Supardi).