Jejak Sejarah Muhammadiyah Lamongan

Sejarah Muhammadiyah Lamongan

Jejak Sejarah Muhammadiyah Lamongan

Oleh: Fathurrahim Syuhadi

Masa Perintisan

Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan diawali dari pemahaman agama yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang berdomisili di lingkungan pondok pesantren pesisir (pantura). Yang pada akhirnya penyebarannya sampai di ibukota kabupaten. Sementara itu perkembangan Muhammadiyah di Pangkatrejo melalui jaringan perdagangan. Bibit ini muncul sebagai pengaruh berdirinya Muhammadiyah di Surabaya pada 1 Nopember 1921 yang diketuai H. Mas Mansur. Sedangkan bibit Muhammadiyah muncul pertama kali di Kabupaten Lamongan bermula dari Ranting Blimbing Cabang Paciran yang dikembangkan H. Sa’dullah pada tahun 1936.

Dalam penyebaran da’wahnya Sa’dullah dibantu oleh seorang wanita muslimah Zainab yang lebih dikenal dengan Siti Lambah. Sa’dullah sangat komunikatif dalam da’wahnya sehingga sangat mudah mempengaruhi orang di sekitarnya. Paham keagamaannya lebih dekat kepada Persis atau A. Hasan Bandung. KH. Sa’dullah waktu itu sering bepergian termasuk ke luar negeri (Mesir) kemudian aktif di Masyumi.

Tokoh lain yang memiliki banyak andil penyebaran bibit paham Muhammadiyah pada masa penjajahan kolonial Belanda di pantura adalah KH. Mohammad Amin Mustofa (1912-1949) yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Amin. Dalam usia yang relatif masih muda 24 tahun, Kyai Amin sudah mengasuh pondok pesantren di Ranting Tunggul Cabang Paciran setelah belajar di pondok pesantren Tebuireng, Termas, Ngeloh Sepanjang Kediri dan Maskumambang (KH. Amar Faqih).

Dalam hal aqidah pendirian Kyai Amin juga tegas dan jelas dalam memerangi segala bentuk tradisi yang mengandung syirik dan khurafat. Hal ini disampaikannya melalui da’wah baik secara lisan maupun tulisan. Ia menulis kitab Aqidatul Mardliyah dalam bahasa Arab dalam bentuk nazam, yakni syair yang dapat dilagukan secara khas dan mudah. Demikian kuatnya pengaruh Kyai Amin ini sehingga antara lain tampak sekali kader-kadernya berhasil menjadi Pimpinan Muhammadiyah pada periode 1970-an di Karesidenan Bojonegoro, seperti KH. Ahmad Khazim (putra dan santri) memegang PDM Bojonegoro, KH Mahbub Ihsan (santri) memegang PDM Tuban, dan KH Abdurrahman Syamsuri (santri dan menantu) memegang PDM Lamongan.

Sementara itu pengaruh Muhammadiyah di Babat dan sekitarnya (Kedungpring, Modo, sampai ke wilayah selatan) dibawa oleh Mochammad Shaleh seorang guru Sekolah Rakyat (sekarang SD) Negeri Babat berasal dari Ngampel Surabaya. Teman seperjuangan Mochammad Shaleh adalah Kiai Ramelan (Guru MI Tadzibiyah).

Pemilik Nomor Baku Muhammadiyah 135.684, ini tercatat sebagai anggota di Pimpinan Muhammadiyah Pusat pada tanggal 12 Juli 1956. Menetap di Babat sejak tahun 1924 setelah menikah tahun 1922 dengan Kastamah. Dari perkawinan ini dikarunia 12 anak yang masih hidup 7 orang yaitu Moh. Thoha, Maslikhah, Drs. Moh. Thohir, Masrifah, Masrukhan, SH, Nurchayah, Drs Fatkhur Rohman. Mochammad Shaleh wafat pada tanggal 4 Maret 1966 di Babat

Mochammad Shaleh mendirikan mushola Baitussholihin di depan rumahnya sebagai pusat kegiatan dakwahnya. Mochammad Shaleh saat di Surabaya sempat nyantri kepada Kyai Mas Mansur dan bertemu juga dengan KH Ahmad Dahlan.

Di ibu kota Kabupaten Lamongan Muhammadiyah sebenarnya sudah ada sejak tahun 1937 kendatipun secara organisatoris belum bisa diwujudkan akibat berbagai kendala, di antaranya adalah pengaruh penjajahan Jepang. Perkembangan selanjutnya, persyarikatan Muhammadiyah berdiri di kota Lamongan pada tahun 1953. Tokoh penggeraknya antara lain Khozin Jalik. Menarik sekali bahwa diantara pendiri ini orang tuanya adalah pengikut NU. Muchtar Mastur, misalnya, adalah putra KH Mastur Asnawi, perintis dan pendiri NU di kota Lamongan. Sementara Mukhtar Mastur waktu itu sebagai salah satu PB (Pengurus Besar) NU di Jakarta.

Selanjutnya faham Muhammadiyah berkembang di Pangkatrejo pada tahun 1940-an yang dibawa KH Sofyan Abdullah. Selain diasuh oleh guru-guru setempat kelompok belajar ini juga mendatangkan guru dari Yogyakarta, seperti R. Hadiwinoto yang bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan umum (termasuk bahasa Inggris).

Perjalanan Muhammadiyah Lamongan dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak terlepas dari pergolakan politik. Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan lebih pesat seiring dengan bubarnya Partai Masyumi. Peran para mubaligh dan guru (alumni Mualimin Yogyakarta) sangat membantu perkembangan Muhammadiyah di berbagai Cabang dan Ranting.

Sejarah Muhammadiyah Lamongan Berdiri secara Organisasi

Sebelumnya, pada tahun 1957-1967 cabang-cabang di Kabupaten Lamongan berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro, sedangkan sebelum itu ada yang berada di bawah naungan Pimpinan Muhammadiyah Daerah/Cabang Gresik. Muhammadiyah Kabupaten Lamongan resmi berdiri secara organisatoris menjadi Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan berdasarkan SK PP Muhammadiyah No. C-076/D-13, tanggal 11 September 1967. Saat itu membawahi 5 (lima) cabang, yaitu :

1. Cabang Lamongan, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Lamongan. Mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan nomor 1024 tertanggal 11 Mei 1953.

2. Cabang Jatisari (Glagah), meliputi Wilayah pembantu Bupati Karangbinangun. Mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan nomor 1481 tertanggal 2 Mei 1961

3. Cabang Babat, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Ngimbang. Mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan nomor 1952 tertanggal 4 Pebruari 1962

4. Cabang Pangkatrejo, meliputi Wilayah pembantu Bupati Sukodadi. Mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan nomor 1707 tertanggal 27 Juli 1963

5. Cabang Blimbing (Paciran), meliputi Wilayah pembantu Bupati Paciran. Mendapatkan pengesahan PP Muhammadiyah berdasarkan nomor 1796 tertanggal 1 Pebruari 1964

Dari kelima cabang itulah akhirnya perkembangan Muhammadiyah kabupaten Lamongan mempunyai 27 cabang, dan ranting dengan penyesuaian tata administrasi pemerintahan.

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan dari Masa ke Masa

Kepemimpinan Muhammadiyah Lamongan dari waktu ke waktu dihasilkan melalui Permusyawaratan Daerah yang dikenal dengan Musyawarah Daerah (Musyda). Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Musyda I Tahun 1966 di Lamongan
2. Musyda II Tahun 1969 di Lamongan
3. Musyda III Tahun 1972 di Lamongan
4. Musyda IV Tahun 1976 di Babat
5. Musyda V Tahun 1986 di Lamongan
6. Musyda VI Tahun 1991 di Babat
7. Musyda VII Tahun 1996 di Lamongan
8. Musyda VIII Tahun 2001 di Paciran
9. Musyda IX Tahun 2006 di Sugio
10. Musyda X Tahun 2010 di Mantup
11. Musyda XI Tahun 2016 di Sedayulawas, Brondong

Para Ketua yang pernah menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sebagai berikut :

1. RH. Moeljadi (1967-1076)

Profil : Pernah menjadi Pengurus Anshor Cabang Kab. Lamongan. Kepala Perwakilan Depag Lamongan yang pertama. Berasal dari Bedingin Sugio. Tidak mau disebut Kyai. Memimpin Muhammadiyah dengan pendekatan kepemimpinan yang kharismatik dan sebagai birokrat. Dalam mengembangkan Paham Muhammadiyah RH. Moeljadi menempatkan bawahannya untuk menjadi penghulu (KUA) dan guru agama di Cabang-Cabang. Beliau wafat di Malang.

Perjalanan Organisasi : Periode ini merupakan masa konsolidasi. Kepemimpinannya masih sangat sederhana. Sudah melibatkan anak-anak muda, seperti Abd. Rosyad SW. RH. Moeljadi setelah diangkat sebagai Kepala Perwakilan Depag Lamongan, Muhammadiyah Lamongan mengalami kevakuman karena berbagai hal. Sehingga lahirlah Presedium Ketua (Oemar Hasan, A. Zahri, Zainudin, dan KH. Abd. Rahman Syamsuri).

2. A. Zahri (1976 – 1977)

Profil : Kelahiran Sedayulawas, Brondong. Banyak berinteraksi dengan KH. Sa’dullah (perintis Muhammadiyah Lamongan di Pantura). Dakwahnya sampai di Laren, Pangkatrejo dan Sekaran. Sampai ke Lamongan karena penjadi pengurus Masyumi. Kemudian menjadi pegawai di Balai Pengobatan Muhammadiyah Lamongan. Memimpin Muhammadiyah Lamongan hanya setahun. A Zahti korban tersangkut fitnah komando jihad. Meninggal di penjara dan dimakamkan di Surabaya.

Perjalanan Organisasi : A. Zahri terpilih sebagai ketua melalui Musyda di Babat pada tahun 1976. Masih dalam mengkonsolidasikan organisasi, beliau terkena musibah fitnah komando jihad. Roda organisasi mengalami kemacetan

3. KH. Abd. Rahman Syamsuri (1977 – 1990)

Profil : Santri dan menantu Kyai Amin. Sejak Muda sudah hafal Al Qur’an dan memimpin pondok pesantren Karang Asem Paciran. Memimpin Muhammadiyah dengan pendekatan kepemimpinan yang kharismatik dan keluasan ilmu agamanya. Pernah diberi gelar guru besar salah satu perguruan tinggi, tapi tidak mau. Menjadi PDM selama 2 periode. Jaringannya sangat luas baik di kalangan Muhammadiyah maupun birokrat. Beliau wafat di Paciran.

Perjalanan Organisasi : Pada saat periode A. Zahri , Yi Man termasuk wakilnya. Sehingga pada saat terjadinya musibah yang menimpa A. Zahri maka posisi ketua dipegang Yi Man. Pada masa kepemimpinan Yi Man beberapa kali terjadi perubahan personalia pimpinan. Periode ini sudah banyak melibatkan kader-kader muda yang juga murid dan santrinya (M. Nadjih, Djayusman, Abdul Fatah, Barqus Salam). Mulai dilakukan penataan cabang seiring dengan tata administrasi pemerintahan. Pada Periode ini Yi Man didampingi Moh. Nadjih Bakar sebagai Sekretaris.

4. KH. Abdul Fatah (1991-2000) dan (2006 – 2010)

Profil : KH. Abdul Fatah merupakan santri Yi Man selama di Pesantren Karangasem Paciran. Memimpin Muhammadiyah berangkat dari bawah. Pernah sebagai ketua PRM Takerhajo, Solokuro, Ketua PCM Laren. Sebelum menjadi ketua PDM pernah duduk sebagai Majelis Tabligh. Pada saat mbubak kantor sering ndekos dan menjadikan PDM sebagai rumah kedua. Tidak sungkan-sungkan makan diwarung kaki lima bersama anak-anak muda sambil berdiskusi tentang aktifitas gerakan Persyarikatan & AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah). Aktif di MUI (Majelis Ulama Indonesia) Lamongan dan DPL (Dewan Pendidikan Lamongan). Tiga periode menjadi ketua PDM Lamongan, untuk periode ketiga tidak sampai selesai karena dipanggil Allah Swt.

Perjalanan Organisasi :

Periode pertama (1991-1995), Hasil Muyda Ke VI di Babat. Penataan mekanisme (kantor) dan melanjutkan program konsolidasi ke Cabang dan Ranting, termasuk penyeragaman perioRantingsi Musyran, Musycab dan Musyda. Dalam jajaran majelis/badan sudah merekrut kader-kader dari IPM (Fathurrahim Syuhadi, Wachid Suyoso, Ady Sucipto Djais, M. Said, dkk), Pemuda Muhammadiyah (Ahsan Qomar, Kusnan Sumber, dkk) dan kalangan profesional/akademisi (Ismed Jauhari Ketua Majelis Ekonomi, Mahin Abas Anggota Majelis Tabligh). Relokasi dan pemindahan RSM Lamongan dari Jalan KH. Ahmad Dahlan ke Jalan Agung Suprapto Lamongan. Pada Periode ini KH. Abdul Fatah didamping HM. Nadjih Bakar sebagai Sekretaris dan KH. Afnan Anshori sebagai Bendahara

Periode kedua (1996-2000), Hasil Muyda Ke VII di Lamongan. Penataan organisasi dan perintisan Pembangunan Gedung Da’wah di Jalan Lamongrejo. Membidani berdirinya STIE KHA. Dahlan Lamongan. Memantapkan jaringan organisasi mulai dari Ranting–Cabang. Dalam jajaran majelis/badan sudah merekrut kader-kader dari IPM (Fathurrahim Syuhadi, Wachid Suyoso, Ady Sucipto Djais, M. Said, Husnun Naim, dkk), Pemuda Muhammadiyah (Ahsan Qomar, Subagio, Mashuri, Ahmad Zaini, Ahnaf Yusuf, dkk). Pada Periode ini KH. Abdul Fatah didamping H. Mustofa Nur sebagai Sekretaris dan KH. Oemar Hasan sebagai Bendahara

Periode Ketiga (2006-2010), Hasil Muyda Ke IX di Sugio. Penataan organisasi dan pengembangan AUM seperti STIKES, STIE dan Pesantren Al Mizan Lamongan. Pada Periode ini KH. Abdul Fatah didamping H. Ahmad Zaini sebagai Sekretaris dan H. Munadji sebagai Bendahara

5. KH. Afnan Anshari (2001-2006)

Profil : KH. Afnan biasa dipanggil Cak Nan, nyantri di Tebuireng Jombang. Setelah tamat dari pesantren mengajar ngaji dan sebagai mubaligh sambil berdagang. Pernah Kuliyah di FIAD Surabaya. Dalam kepengurusan langganan menjadi bendahara. Suka menulis artikel dan statemennya beberapa kali dimuat Radar Bojonegoro. Konsep ukhuwah islamiyah antara NU-Muhammadiyah menjadi obsesinya untuk menjadikan Lamongan lebih sejuk. Aktif di MUI dan DPL (Dewan Pendidikan Lamongan). Pernah dipanggil secara khusus oleh Amien Ra’is untuk menjadi Caleg dari PAN. Terpilih secara formatur menjadi ketua DPD PAN Lamongan, tetapi tidak siap dan menyerahkan jabatan ketua kepada KH. Oemar Hasan. KH. Afnan terpilih sebagai Ketua pada Muyda ke VIII di Pondok Modern Muhammadiyah Paciran

Perjalanan Organisasi : Melakukan konsolidasi organisasi (Ranting-Cabang). Pengembangan Muhammadiyah di Lamongan Selatan. Aktif mensosialisasikan konsep ukhuwah islamiyah. Membidani lahirnya STIKES (alternatif Universitas Muhammadiyah Lamongan). Melanjutkan pembangunan gedung da’wah. Intensif menjalin komunikasi dengan pemkab. Lamongan

6. KH. Mustofa Nur (2009 – 2010)

Profil : KH. Mustofa Nur merupakan PNS di lingkungan Dinas Pendidikan Lamongan. Kariernya dimulai dari Guru SD, Kepala SD, Pengawas TK/SD, Kepala UPT Dinas Pendidikan, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan. Di samping itu KH. Mustofa aktif sebagai Guru di Perguruan Muhammadiyah Lamongan Kota dan Ketua STIE KHA. Dahlan Lamongan ini terpilih sebagai Ketua PDM Lamongan menggantikan KH. Abdul Fatah yang wafat sebelum habis masa jabatannya. Pengalaman organisasi dimulai dari IPM dan Pemuda Muhammadiyah, Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Lamongan. Beliau didampingi H. Ahmad Zaini sebagai Sekretaris dan H. Munadji sebagai Bendahara

Perjalanan Organisasi : Pada periode ini, selama satu tahun kepemimpinan KH. Mustofa Nur yaitu pemantapan konsolidasi Muhammadiyah Lamongan baik secara intern maupun ekstern. Termasuk tugas utama beliau adalah menyiapkan pelaksanaan Musyda Muhammadiyah X di Mantup

7. KH. Abd. Hakam Mubarok (2010-2015)

Profil : Santri dan anak KH. Abd. Rahman Syamsuri ini terpilih sebagai Ketua PDM Lamongan hasil Musyda X di Mantup. Alumni Mesir ini, sejak muda sudah hafal Al Qur’an dan memimpin pondok pesantren Karang Asem Paciran, sepeninggal KH. Abd Rohman Syamsuri. KH. Mubarok Memimpin Muhammadiyah Lamongan dalam usia yang sangat muda. Aktif sebagai PNS Guru Depag, dan aktif di MUI Kabupaten Lamongan. Beliau didampingi H. Shodikin sebagai Sekretaris dan H. Munadji sebagai Bendahara

Perjalanan Organisasi : Perkembangan Persyarikatan di Kabupaten Lamongan selama lima tahun ini menunjukkan kecenderungan yang kian menggembirakan. Secara kuantitatif ditandai dengan bertambahnya jumlah PRM dan AUM. Demikian pula secara kualitatif, terjadi peningkatan terutama dalam bidang pendidikan, perkaderan, kesehatan dan Ekonomi. Bahkan dalam bidang kesehatan, Lamongan menjadi Pilot Project PP Muhammadiyah. Adapun dalam bidang Ekonomi Pimpinan Daerah Muhammadiyah telah mendirikan Amal Usaha Bidang Ekonomi yaitu Surya Mart yang berlokasi di jalan Laras-Liris Lamongan.

8. KH. Shodikin (2016-2020)

Profil : KH. Shodikin yang merupakan PNS di lingkungan Dinas Pendidikan Pemkab Lamongan ini terpilih pada Musyda XII di Sedayulawas. Pengalaman organisasi dimulai dari IPM, Pemuda Muhammadiyah, Sekretaris dan Ketua PCM Modo dua periode, Ketua Majelis Tabligh PDM Lamongan. Beliau didampingi H. Ahmad Zaini kemudian diganti Ghufron sebagai Sekretaris dan H. Subagio Rahmad sebagai Bendahara

Perjalanan Organisasi : Pada periode 2015-2020 perkembangan Muhammadiyah Lamongan maju dengan pesat. Hal ini ditandai dengan rapinya konsolidasi organisasi dan bertambahnya kuantitas dan kualitas Amal Usaha Muhammadiyah di Lamongan. STIKES meningkat statusnya menjadi UMLa, RSM Lamongan meningkat akreditasinya, RSM Kalikapas. Begitu juga dengan keberadaan STIE KH Ahmad Dahlan menjadi ITB (Institut Tehnologi dan Bisnis) Ahmad Dahlan yang membangun gedung lantai 5. Perkembangan AUM di berbagai Cabang. Kemudian menggiatkan Majelis Ekonomi dengan mendirikan SPBU di Bunut Widang Tuban Sementera itu, kegiatan Ortom semakin semarak, begitu juga dengan perjalanan majelis/lembaga.
Semasa pandemic Covid 19 Muhammadiyah Lamongan bersama Lazismu banyak melaksanakan program kemanusiaan dalam wadah MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center). Hasilnya sangat dirasakan masyarakat Lamongan, bahkan sampai ke Malaysia

Muhammadiyah dan Amal Usahanya

Kini Muhammadiyah Lamongan berkembang dengan pesat. Amal usahanya bertebaran di mana-mana, baik yang ada di bidang tabligh, pendidikan, kesehatan maupun sosial. Klasifikasi perkembangannya ada yang menggembirakan, dan tidak sedikit yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Perkembangan di bidang kesehatan ditandai dengan dibangunnya RSM Lamongan, RSM Kalikapas, RSM Babat, RSU Muhammadiyah Babat, Klinik Pratama sebanyak 11 buah yang hampir tersebar di setiap Cabang Muhammadiyah.

Di bidang pendidikan dengan berdiri megah kampus Universitas Muhammadiyah Lamongan, STIE KHA. Dahlan di Lamongan yang menjadi ITB Ahmad Dahlan, STIT Muhammadiyah di Paciran dan STAIM di Paciran juga. Sementara lembaga pendidikan yang di bawah naungan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah berkembang pesat juga dengan rincian SD 14 buah, MIM 105 buah, SMP 29 buah, MTs 29 buah, MA 11 buah, SMA 11 buah, dan SMK 13 serta Kelompok Bermain 138 buah, TK ABA 140 buah di bawah koordinasi Aisyiyah Lamongan. Selain pendidikan formal berdiri juga beberapa Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren yang pengelolaannya modern.

Di bidang ekonomi ditandai dengan berdirinya peternakan ayam telur di Puncakwangi Babat dan pendirian SPBU di Bunut Widang Tuban

Di bidang Sosial ditandai dengan berdirinya Panti Asuhan Muhammadiyah di Lamongan, Babat, Paciran dan Panti Asuhan Aisyiyah di Babat. Panti-panti tersebut dikelolah dengan manajemen yang modern dengan penggabungkan pengasuhan santri model pesantren.

Masjid dan mushola yang dikelola sebagai pusat dakwah oleh persyarikatan tersebar di seluruh pelosok ranting dan cabang. Bangunan masjid dan mushola sekarang cukup bagus. Manajemen pengelolaannya juga sudah modern. Beberapa masjid dan mushola sudah terpasang internet dan kegiatan yang beragam.

Organisasi Otonom

Muhammadiyah Lamongan yang terbesar AUM maupun anggotanya di Wilayah Jawa Timur, bahkan di Indonesia ini tidak lepas dari keberadaan dan kiprah Organisasi Otonom yang berada di bawah naungan Persyarikatan. Adapun Ortom yang ada sebagai berikut :
1. Aisyiyah
2. Hizbul Wathan
3. Nasyiatul Aisyiyah
4. Pemuda Muhammadiyah
5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
6. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
7. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Data Potensi Cabang dan Ranting

Muhammadiyah Lamongan terbagi dalam 27 Cabang, dan 376 Ranting yaitu :
1. Cabang Lamongan, terdiri dari 12 Ranting.
2. Cabang Tikung, terdiri dari 9 Ranting.
3. Cabang Kembangbahu, terdiri dari 6 Ranting.
4. Cabang Turi, terdiri dari 8 Ranting.
5. Cabang Deket, terdiri dari 11 Ranting.
6. Cabang Sukodadi, terdiri dari 16 Ranting.
7. Cabang Sekaran, terdiri dari 12 Ranting.
8. Cabang Karanggeneng, terdiri dari 14 Ranting.
9. Cabang Pucuk, terdiri dari 17 Ranting.
10. Cabang Babat, terdiri dari 22 Ranting.
11. Cabang Kedungpring, terdiri dari 28 Ranting.
12. Cabang Modo, terdiri dari 24 Ranting.
13. Cabang Sugio, terdiri dari 30 Ranting.
14. Cabang Ngimbang, terdiri dari 11 Ranting.
15. Cabang Bluluk, terdiri dari 10 Ranting.
16. Cabang Sambeng, terdiri dari 7 Ranting.
17. Cabang Mantup, terdiri dari 10 Ranting.
18. Cabang Sukorame, terdiri dari 5 Ranting.
19. Cabang Karangbinangun, terdiri dari 9 Ranting.
20. Cabang Kalitengah, terdiri dari 12 Ranting.
21. Cabang Glagah, terdiri dari 13 Ranting.
22. Cabang Paciran, terdiri dari 22 Ranting.
23. Cabang Brondong, terdiri dari 20 Ranting.
24. Cabang Laren, terdiri dari 22 Ranting.
25. Cabang Solokuro, terdiri dari 11 Ranting.
26. Cabang Pangkatrejo, terdiri dari 11 Ranting
27. Cabang Sarirejo, terdiri dari 4 Ranting

Tentu Perkembangan Muhammadiyah Lamongan dari periode ke periode terus meningkat. Agar apa yang dilakukan oleh pendahulunya tidak hilang, maka keberadaan Muhammadiyah Lamongan ditulis dalam buku sejarah. Di samping itu juga banyak skripsi maupun Tesis ditulis, baik tentang sejarah, dinamika Muhammadiyah, profil tokoh dan amal usaha Muhammadiyah Lamongan

Fathurrahim Syuhadi, Ketua MPK PDM Lamongan

Exit mobile version