SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Ratusan pasang tiba-tiba berdiri. Ketika reffrein lagu Derap Berkemajuan berkumandang. Mereka serempak bertepuk tangan di atas kepala. Seperti lazimnya melihat pertunjukan musik.
Lagu yang menjadi theme song Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah itu, benar-benar menggugah semangat. Mereka berasa hanyut. Chord dan lirik lagunya berderap dan melaju.
Tak terkecuali Prof Haedar Nashir, penulis lagu tersebut. Ketua Umum PP Muhammadiyah itu duduk di kursi deretan terdepan. Dia nampak terkesima dan tak kuasa menahan haru. Bibirnya terus bergerak mengikuti lirik lagu yang dimainkan Orkestra SMA Muhammadiyah 10 (SMAMX) Surabaya.
Muhammadiyah derapkan langkah/Bangkitkan tajdid kibarkan dakwah/ Amal usaha jalan berkiprah/Ridha Allah melimpah berkah
Muhammadiyah teguhkan asa/Majukan umat jayakan bangsa/Bumikan Islam sinari zaman/Rahmati alam…
Sabtu (27/8/2022), Orkestra SMAMX mengisi acara Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) PWM Jatim. Rapat itu digelar di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya.
Orkestra SMAMX yang membuka acara Muspympil PWM Jatim itu tampil memukau. Yang istimewa, tiga personel orkestra ini penyandang difabel. Mereka, Fariza Naura (vokalis hapal 4 juz al-Quran Braile), Rizky Ahmad Mahendra (drummer yang hafidh 8 juz), dan Muhammad Hilbram (vokal dan kibor).
Orkestra SMAMX sempat membawakan lagu Lilin-Lilin Kecil karya James F Sundah. Lagu yang dibawakan Chrisye ini populer di era 70-an. Masuk dalam album Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang digagas Radio Prambors, kemudian dirilis tahun 1977. Lirik dan syairnya sangat kuat dan berkarakter.
Dan kau lilin lilin kecil/Sanggupkah kau mengganti/Sanggupkah kau memberi/Seberkas cahaya (sanggupkah ku)
Dan kau lilin lilin kecil/Sanggupkah kau berpijar/Sanggupkah kau menyengat/Seisi dunia
Sebelumnya, Orkestra SMAMX membawakan lagu Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah. Suasana syahdu amat berasa. Banyak di antara peserta yang takjub dengan mata berkaca-kaca.
Usai penampilan, Haedar Nashir spontan naik ke panggung. Dia didampingi Ketua PWM Jatim Dr Saad Ibrahim. Haedar memberi ucapan selamat sekaligus membagikan hadiah kepada semua personel Orkestra SMAMX. Hadiah itu dibungkus dalam map berwarna biru.
Sekolah Musik di Liverpool
Dari tiga personel disabilitas yang menggawangi Orkestra SMAMX tersebut, saya kenal baik dengan Muhammad Hilbram. Karib disapa Ibam.
Saya mengikuti perjalanan musik dia. Waktu itu, Ibam masih SMP. Dia kerap tampil di acara-acara internal sekolah dan Dinas Pendidikan Surabaya. Dia menyanyi sekaligus memainkan alat musik. Yang dia kuasai, kibor dan saksofon.
Kepiawaian Ibam bermain musik pada akhirnya diketahui Tri Rismaharini (waktu itu masih menjabat wali kota Surabaya dan kini menjabat Mensos RI).
Risma memberikan memotivasi kepada Ibam agar terus mengasah kemampuan bermain musik.
“Tidak ada yang tidak mungkin. Tuhan itu Maha Adil. Siapa pun berhak sukses, asal dia mau kerja keras dan sungguh-sungguh,” ucap Risma.
Risma bukan cuma memberi nasihat. Dia sempat memberi hadiah Ibam sebuah saksofon.
Tahun 2018, Risma memberi kesempatan Ibam untuk belajar musik di Liverpool. Di sana, Ibam belajar musik selama dua bulan.
Beasiswa yang diterima Ibam tergolong spesial. Ceritanya ketika itu, Risma menerima kunjungan Gary Millar (wali kota Liverpool). Kunjungan ini merupakan bagian dari kerja sama Surabaya dengan Liverpool melalui program sister city.
Pada acara jamuan makan, Risma meminta Ibam tampil. Beberapa lagu dinyanyikannya. Gary Miller terkesan dengan suara dan permainan musik Ibam.
Gary lantas menawari Ibam untuk mendapat beasiswa sekolah musik di Liverpool. Tanpa pikir panjang, Ibam langsung mengiyakan tawaran tersebut. Ibam berangkat ke Liverpool bersama kakeknya, Jamdaris dan gurunya, Zainul.
Panampilan Ibam yang juga mencuri perhatian publik ketika dia tampil di acara Pahlawan Ekonomi Award 2018. Acara itu digelar di sepanjang Jalan Tunjungan. Sebanyak 250 pelaku usaha kreatif mengikuti kegiatan yang digelar secara periodik tersebut.
Sebelum awarding, saya yang bertemu Ibam untuk menyelaraskan rundown acara. Ibam datang bersama Jamdaris. Saya menjelaskan jadwal dan urutan acara. Berikut lagu-lagu yang menjadi request panitia.
“Pak, apa saya boleh menyanyikan lagu barat?” begitu Ibam menyampaikan usulan.
Saya menginyakan permintaannya. Sementara dua lagu wajib dia nyanyikan, yakni Jangan Menyerah (d’Masiv) dan Mimpi (Anggun C Sasmi).
Jadi Imam Salat
Dua hari sebelum tampil di Musypimwil PWM Jatim, saya bertemu Ibam di SMAMX. Pertemuan yang tak disengaja. Saya juga baru tahu kalau Ibam menempuh studi di sekolah yang berlokasi di Jalan Genteng Muhammadiyah, Surabaya itu.
Saat itu, Ibam berjalan menuruni tangga. Dia bersama dua temannya. Ibam berada di tengah. Kedua tangannya menempel di pundak teman yang berada di depannya. Kedua temannya itu ternyata memandu Ibam berjalan saat jam istiharat sekolah.
Kepala SMAMX Sudarusman mengaku, sekolahnya mengasuh 78 siswa disabilitas. Jumlah ini bisa dibilang paling banyak dibandingkan sekolah-sekolah lain di Jawa Timur.
“Sejak mendirikan sekolah tahun 2015, saya bertekad untuk memberi porsi khusus bagi anak-anak disabilitas,” katanya.
Menurut dia, ada empat klaster siswa disabilitas di SMAMX. Klaster pertama, anak-anak disabilitas yang belajar di kelas reguler tanpa pendampingan. Klaster kedua, anak-anak disabilitas di kelas reguler dengan pendampingan.
“Untuk klaster tiga dan empat, mereka yang menjalani terapi,” jelas pria kalem ini.
Kata Sudarusma, Ibam salah satu siswa disabilitas yang bisa belajar tanpa pendampingan. Dia memiliki kecerdasan musikal. Seperti halnya Fariza dan Rizky, dua temannya yang bergabung di orkestra. Selain bermusik, mereka juga belajar Alquran braile.
“Sejauh ini mereka nyaman-nyaman saja belajar. Mereka bisa mengaransemen lagu Derap Berkemajuan itu dua hari sebelum tampil,” kata Sudarusma.
“Kemarin, Ibam juga sudah berani menjadi imam salat. Dia ngaku deg-degan karena baru pertama kali,” imbuh dia, lalu tersenyum.
Di SMAMX, sambung dia, untuk kelas 10 sampai 11 pelajaran formalnya tidak kelewat banyak. Para siswanya lebih banyak belajar untuk pengalaman ketrampilan.
“Prosentasenya 70 banding 30 persen lah. Kalau sudah kelas 12 kebalikannya, karena mereka harus mempersiapkan kelanjutan studi ke perguruan tinggi,” jelas pria yang menjabat ketua LSBO PWM Jatim ini.
Sudarusman menambahkan, tiap tahun jumlah siswa disabilitas terus bertambah. Tak sedikit pula lulusan sekolahnya yang kemudian masuk perguruan tinggi negeri.
Lantaran itu, dia kini mempersiapkan tempat baru. Namanya, Griya Disabilitas. Lokasinya di bekas RSIA Siti Aisyiyah, Jalan Pacar Keling 45, Surabaya.
“Kita mau soft launching, insya Allah tanggal 1 September nanti,” tutupnya. (Agus Wahyudi, jurnalis senior tinggal di Surabaya)