SEOUL, Suara Muhammadiyah -Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terus berupaya meningkatkan kualitas lulusannya. Rektor UMS, Prof., Dr., Sofyan Anif, selaku pimpinan universitas selalu memantau proses perkembangan pembelajaran mahasiswanya, termasuk mereka yang kini tengah mengambil program double degree di universitas luar negeri.
Jalinan kerjasama program double degree UMS dilakukan dengan perguruan tinggi mitranya di luar negeri, diantaranya dari Australia, Malaysia, Thailand, China, Taiwan, Inggris, dan Korea Selatan. Ahad (28/8) Prof., Sofyan Anif M.Si menyempatkan diri menyambangi mahasiswanya yang tengah mengambil Program Double Degree di empat perguruan tinggi di Korea, Dong A University, Dong-Eui University, Youngsan University dan Tongmyong University.
Prof Sofyan Anif ke Korea bertolak tidak sendirian, dia datang bersama Wakil Rektor V, Prof., Supriyono Ph.D, serta tiga kepala Bidang (Kabid) BKUI yakni: Wijianto, M.Eng.Sc, (Kabid Pengembangan Kelas Internasional) ; Danny Vitasari, Ph.D (Kabid Bidang Kerjasama Akademik); dan Fajar Suryawan, Ph.D (Kabid Management Data dan Pemeringkatan).
‘’Kami memantau langsung, dan memberikan motivasi agar mahasiswa kami yang mengambil program degree di Korsel, bisa lulus tepat waktu dengan hasil maksimal,’’ papar Rektor Prof., Dr., Sofyan Anif yang dihubungi, Selasa (30/8).
Di hadapan mahasiswa UMS yang kuliah di Korea, Sofyan Anif berpesan agar mereka cepat lulus dan segera mengabdi ke Tanah Air. Pertemuan di salah satu rumah makan di Busan, Korea Senin malam itu berlangsung demikian akrab, dari 27 mahasiswa double degree itu, hadir 18 orang.
‘’Kami merasa sangat terkesan begitu diperdulikan para pimpinan UMS, sebab Pak Rektor menyambangi kami sampai ke Korea,’’ papar Candra yang kuliah di Dong A University, jurusan Mechanical Enginering.
Wakil Rektor V, Prof Supriyono, Ph.D., mengungkapkan, sebagai bagian dari pengelola UMS dia wajib memompa semangat mahasiswanya yang sedang menimba ilmu di negeri Gingseng, maupun di negara lainnya.
Mereka bukan para duta UMS, melainkan duta bangsa sekalgus kader Muhammadiyah sehingga harus menjadi tauladan bagi adik adik mahasiswanya, serta generasi muda pada umumnya. Para duta itu, diharapkan mampu bersaing di era masyarakat global.
‘’Mereka yang kuliah di Korea Selatan, lebih diuntungkan dalam memperebutkan pasaran kerja. Banyak industry Korea yang ada di Indonesia, memprioritaskan calon pekerjanya yang pernah belajar di Korea,’’ jelas Supriyono.
Supriyono mengakui stigma negatif bangsa Asia soal pekerja belum sepenuhnya hilang di Korea, sebab mereka masih memandang lulusan Asia kalah kualitas dengan pekerja dari Eropa dan Amerika. ‘’Orang orang Korea masih menilai Bangsa Eropa dan Amerika lebih berkualitas. Inilah saatnya, lulusan UMS harus merubah keadaan. (Asef/Riz)