YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menindaklanjuti penandatanganan Perjanjian Kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) pelaksanaan program EdutabMu 2022 antara Lazismu, The HEAD Foundation, dan Enuma yang berlangsung di Gedung Pusat Muhammadiyah lantai 3, Jalan Cik Di Tiro 23, Kota Yogyakarta pada Senin (06/06) lalu, Lazismu meluncurkan program EdutabMu Batch II. Peluncuran program ini berlangsung di Ruang Amphitheater, Gedung Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada Rabu (19/10).
Acara ini dihadiri oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yaitu Wakil Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Badan Pengurus Lazismu. Perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) yang berhadir yaitu Ketua Majelis Dikdasmen dan Koordinator Wilayah (Korwil) dari Sumatra Utara, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Turut berhadir Direktur The HEAD Foundation, Direktur Enuma Indonesia, serta perwakilan kepala sekolah dan guru penerima program EdutabMu baik secara langsung maupun daring.
Mewakili Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah, Muarawati Nurmalinda dalam sambutannya menuturkan, program EdutabMu ini merupakan bagian dari kerja-kerja Muhammadiyah yang dituangkan melalui Lazismu. “Esensi Lazismu yang dikelola oleh Muhammadiyah yang berasal dari dana zakat, infak, dan sedekah juga kontribusi masyarakat untuk pembangunan, untuk dunia pendidikan. Kerja-kerja Muhammadiyah yang jauh lebih dahulu dan esensinya berasal dari zakat, infak, sedekah, bahkan wakaf dari keluarga besar Muhammadiyah,” ujarnya.
Dalam menjalankan programnya, Lazismu mengikuti perkembangan zaman. Contohnya dari sisi pendidikan, saat ini dunia menjadi tanpa batas. Dunia pendidikan sudah tidak lagi memiliki batas ruang. “Mengikuti perkembangan zaman bahwa dunia sekarang tanpa batas. Dunia pendidikan sudah borderless, tidak ada batas ruang,” terangnya.
Muarawati melanjutkan, tata kelola zakat sudah berubah. Kini, parameter yang digunakan bukan lagi seberapa banyak zakat yang dihimpun, tetapi seberapa jauh daya guna zakat tersebut bagi penerima manfaat. Ia pun menegaskan bahwa program EdutabMu bukan hanya bersifat jangka pendek, namun juga memiliki dampak jangka panjang bagi penerima manfaat.
“Sekarang, fenomena sudah berubah. Seberapa jauh kita mampu menggunakan dana zakat untuk menjadikan mereka yang menerima zakat itu pada suatu saat menjadi pemberi zakat. Jadi kita harapkan anak-anak yang hari ini menerima program EdutabMu, tahun 2040 mereka adalah orang-orang yang berdampak pada kualitas pendidikan dan kepercayaan dirinya. Mereka akan menjadi pemimipin dan orang yang bermanfaat. Secara ekonomi mereka akan lebih baik dan menjadi pemberi zakat. Ini bukan sekadar program jangka pendek,” tegas Muarawati.
Direktur Enuma Indonesia Juli Adrian memaparkan tiga komitmen dari pihaknya terhadap program EdutabMu ini. Pertama, Enuma akan selalu menghadirkan produk yang terbaik. Kedua adalah memberikan dukungan layanan terhadap penggunaan EdutabMu. Ketiga, Enuma menggandeng pihak terkait untuk memperluas program EdutabMu hingga bisa mencapai lebih banyak lagi sekolah dan siswa Muhammadiyah di Indonesia.
“Komitmen kami dari Enuma terhadap program ini ada tiga. Pertama, kami berusaha menghadirkan produk terbaik. Yang kedua dari segi learning support. Yang ketiga, kami bersama-sama dengan tim dari Dikdasmen memikirkan bagaimana caranya memperluas program ini ke sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah yang lain,” ucap Juli.
Juli juga mengharapkan agar program EdutabMu dapat memberikan banyak manfaat bagi para peserta didik. Hal ini merupakan bagian dari upaya membantu mereka untuk mencapai cita-cita. “Kita sebagai orang tua dan guru hanya menjadi busur saja. Kita menjadi busur terbaik bagi mereka agar mereka bisa melesat secepat mungkin mencapai sasaran. Mudah-mudahan program EdutabMu ini membantu murid-murid kita lebih mampu berpikir, lebih kreatif, memecahkan masalah dan lain-lain, tidak hanya literasi,” harapnya.
Director of Development The HEAD Foundation, CD Liang yang memberikan sambutan secara daring mengungkapkan, pihaknya memilih bekerja sama dengan Muhammadiyah dalam program EdutabMu karena yakin bahwa Muhammadiyah memiliki tata kelola yang baik. Di samping itu Muhammadiyah juga memiliki guru-guru dan kepala sekolah yang dapat memberikan hasil positif dalam penggunaan aplikasi Sekolah Enuma yang terpasang dalam EdutabMu di sekolah-sekolah Muhammadiyah. “Kami memilih untuk memberikan dukungan kepada sekolah Muhammadiyah karena kami yakin Muhammadiyah memiliki sumber daya organisasi dan manajemen yang baik. Muhammadiyah juga memiliki guru-guru dan kepala sekolah yang dapat memberikan hasil positif dalam penggunaan Sekolah Enuma,” ungkapnya.
CD Liang melanjutkan, The HEAD Foundation mendapatkan tiga pelajaran berharga dari penerapan Sekolah Enuma dalam dua tahun terakhir. Pertama, EdutabMu menjangkau anak-anak usia dini. Oleh karena itu, peranan guru dalam mendampingi anak-anak untuk menggunakan EdutabMu sangatlah penting. Beruntung menurutnya, Enuma dan The HEAD Foundation yang bekerja sama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah memiliki tim yang terus bekerja keras untuk melatih para guru dalam menggunakan aplikasi Sekolah Enuma yang ada pada perangkat EdutabMu.
“Kedua, kami harus efisien dalam penerapan Sekolah Enuma. Dengan harga perangkat keras dan lisensi dari Sekolah Enuma yang tidak sedikit ini, kami berharap bahwa EdutabMu dapat dipergunakan sebaik mungkin. Kami tidak ingin hanya berada di dalam lemari sekolah. Kami berharap dapat terus bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memastikan EdutabMu dapat dipergunakan oleh lebih banyak pelajar,” lanjut CD Liang.
Terakhir, CD Liang menjelaskan, aplikasi Sekolah Enuma pada perangkat EdutabMu akan terus dikembangkan berdasarkan analisis data dari pengguna. Ia berharap, kinerja program Sekolah Enuma akan dapat ditingkatkan. “Ketiga, analisis terhadap Sekolah Enuma sangat penting. Sebagai perangkat digital, Sekolah Enuma mengumpulkan data seperti berapa lama anak menggunakan EdutabMu, bagaimana anak berproses, dan seberapa cepat mereka belajar. Dengan analisis data, kami bisa meningkatkan kinerja program Sekolah Enuma,” pungkasnya.
Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Kasiyarno menyebutkan, Muhammadiyah selalu menerapkan prinsip nilai-nilai pendidikan Muhammadiyah. Pertama adalah semangat untuk berkemajuan. Pendidikan Muhammadiyah bersifat inklusif, tak hanya untuk warga muslim saja. “Sekolah Muhammadiyah bukan hanya untuk orang Islam, non muslim pun banyak. Jadi kita ini sifatnya inklusif. Jadi kalau Enuma membantu kita, tidak hanya membantu orang muslim, tapi seluruh Indonesia. Kita tidak ingin bangsa kita ini menjadi statis, tapi harus dinamis,” sebutnya.
Kasiyarno melanjutkan, “Kedua, kita harus punya semangat modernisasi sistem pendidikan. Zaman dulu, Ahmad Dahlan menggabungkan antara pendidikan tradisional dengan pendidikan barat. Kita tidak tabu menggunakan sistem pendidikan barat di Muhammadiyah, karena sejak awal memang sudah seperti itu konsepnya.”
Terakhir, terang Kasiyarno, Muhammadiyah juga menanamkan semangat memberikan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan modern. “Kita ingin mewarnai pendidikan di Muhammadiyah ini tidak hanya sekadar memberikan ilmu-ilmu umum, namun juga mewarnai dengan nilai-nilai Islam. Kita juga harus mengajarkan agama dalam rangka untuk membangun karakter,” ujarnya.
Program EdutabMu Batch II ini kemudian diluncurkan secara simbolis oleh Kasiyarno, ditandai dengan penyerahan EdutabMu kepada masing-masing Korwil dari Sumatra Utara, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama narasumber Penasihat Ahli Lazismu PP Muhammadiyah yang juga menginisiasi program Edutabmu, Hilman Latief; Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan Penanggungjawab EdutabMu, Kasiyarno; Rektor Universitas SiberMu (Siber Muhammadiyah), Bambang Riyanta, serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan Korea Selatan, Gogot Suharwoto. Diskusi ini bertajuk Diseminasi Program EdutabMu “Digital Learning Acceleration”.
Program EdutabMu berangkat dari situasi pandemi Covid-19 yang memaksa banyak pelajar harus menempuh pendidikan secara luring. Padahal, ada banyak materi pembelajaran yang tidak dapat diakses karena keterbatasan sarana internet. Selain itu, kualitas materi pembelajaran dan sumber daya guru yang dimiliki sekolah tidak merata. Dengan kehadiran program EdutabMu yang didukung oleh aplikasi Sekolah Enuma, akselerasi pembelajaran diharapkan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, khususnya untuk mengantisipasi “learning loss” dan meningkatkan pencapaian literasi dasar bagi pelajar di sekolah Muhammadiyah. (Riz)