Messi dan Putus Asa
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs Al-Baqarah: 216).
Penggemar sepak bola pasti kenal dengan nama Messi, lengkapnya Lionel Andrés Messi. Hari ini, pemain sepakbola kelahiran 24 Juni 1987 di Rosario Argentina ini mungkin tengah berbahagia. 11 Juli 2021 yang lalu, Messi akhirnya mencapai apa yang dicita-citakannya. Memberi piala kepada negara yang sangat dicintainya. Dia berhasil memimpin Timnas Argentina mengalahkan Timnas Brasil. Juara bertahan sekaligus tuan rumah kejuaraan Piala Amerika. Dialah yang namanya kadang diplesetkan oleh media dengan istilah Messiah atau Messias. Sang penolong.
Namun, di samping mendapat julukan Messiah oleh media, Messi juga dijuluki sebagai La Pulga, atau Si Kutu. Julukan itu disematkan karena perawakannya yang kecil (untuk ukuran pesepak bola Eropa). Masa lalu Messi memang tidak mulus. Pada saat dia masih bocah, dia mengidap kelainan gen pertumbuhan sehingga badannya tidak bisa dapat berkembang sebagaimana mestinya. Namun, dia tidak menyerah. Dengan dibantu klubnya dia terus berobat dan menjalani berbagai terapi sehingga dia tidak kehilangan bakat bermain bolanya.
Apakah Messi tidak pernah merasa putus asa. Jawabnya adalah pernah. Jauh sebelum peristiwa itu Messi pernah patah arang. Dia menyatakan pensiun dari timnas Argentina. Yakni pada saat itu dia gagal mengeksekusi tendangan pinalti ke gawang Chile. Bagaimana tidak, Kegagalannya pada tanggal 27 Juni 2016 itu berujung pada kegagalan timnas Argentina yang dia pimpin meraih Copa America Centenario. Empat tahun sebelumnya (2012) dia juga gagal di fase final (lagi-lagi menghadapi Chile). Di tahun 2014 dia juga gagal di laga final piala dunia di Brasil, saat itu dia dan kawan-kawannya tumbang 1-0 saat melawan Jerman.
Maka pada tanggal 27 Juni 2016 dia menyatakan “Saya merasa kesedihan yang luar biasa sekarang, bahwa hal ini terjadi. Penalti saya gagal, di mana itu super penting. Itu saja.” Jumhur pengamat sepakbola baik amatir maupun profesional semua pasti akan ijmak untuk menyatakan Messi layak kecewa dan merasakan kegetirannya. Argentina tiga kali ke final Copa America dan satu kali ke final Piala Dunia di Brasil tahun 2014, semua berakhir kekalahan. Padahal, pada saat seluruh rakyat negeri Tango itu berharap penuh kepadanya. Saat itu Messi dianggap sebagai pemain bola yang paling mencorong di seluruh jagad.
Pada tanggal 27 Juni 2016 itu dia menyatakan pensiun dan merasa gagal sebagai pemain sepak bola untuk negaranya. Dia memberi kesempatan pemain lain untuk menggantikan tempatnya di timnas. Saat itu dia baru berusia 29 tahun. Masih cukup muda untuk terus berjuang. Tapi dia memilih untuk menyerah. “Tim nasional sudah berakhir untuk saya. Ini sudah empat final (kalah), ini bukan untuk saya,” ujar Messi.
Niat Messi untuk menyerah ini ternyata diikuti pemain lain. Di antaranya Kun Aguero, Angel De Maria, dan Mascherano. Kalau itu terjadi, maka masalah besar akan mengintai kejayaan Sepak bola Argentina. Namun, akhirnya Messi menelan ludahnya kembali. Dia bersedia balik ke Timnas Argentina yang memang membutuhkan keberadaannya.
Messi mau kembali karena dia berhasil diyakinkan pelatih dan rekan-rekannya kalau rakyat Argentina tidaklah membencinya sebagaimana yang dia bayangkan. Rakyat Argentina masih mencintainya meski dia empat kali gagal membawa timnas Argentina berjaya di babak final. Messi berhasil diyakinkan kalau rakyat Argentina masih mencintai dan berharap kepadanya sebagaimana fans Barcelona yang terus merindukannya.
Setelah melewati berbagai drama, akhirya Messi berhasil menjawab cinta dan dukungan rakyat Argentina itu, dia berhasil menang di laga final dan mempersembahkan tropi yang dirindukan rakyat negaranya.
Berbahagiakah Messi saat ini? Mungkin dia berbahagia, namun kesuksesannya itu hanya dia capai dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah serta dukungan dari rakyat Argentina. Tanpa itu, sehebat apa pun Messi dia akan menjadi pemain gagal. Tanpa dapat membuang rasa benci karena empat kegagalannya di final dan kondisi tubuhnya yang mengidap kelainan gen, Messi tidak akan mampu mengantarkan Argentina sebagai juara. Jangan hanya melihat hasilnya. (S Banie)
Sumber: Majalah SM Edisi 15 Tahun 2021