KH Abdurrahman Syamsuri: Ketua PDM Lamongan, Ulama Kharismatik dan Hafidz Sejak Muda
Oleh: Fathurrahim Syuhadi
Profil KH Abdurrahman Syamsuri
KH Abdurrahman Syamsuri merupakan Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan ketiga setelah RH Moeljadi dan Kiai A Manaf Zahri. KH Abdurrahman Syamsuri terpilih pada Musyda Muhammadiyah IV di Lamongan tahun 1978. Beliau memimpin Muhammadiyah Lamongan selama dua periode, yaitu Periode Pertama 1978-1986 dan Periode Kedua 1986-1991
KH Abdurrahman Syamsuri merupakan santri dan menantu KH Muhammad Amin Musthofa tokoh penggerak paham Muhammadiyah Lamongan di Desa Tunggul kecamatan Paciran. Sejak muda Abdurrahman Syamsuri sudah hafal Al Qur’an. Setelah menuntut ilmu di berbagai pesantren beliau mendirikan pondok pesantren Karangasem Paciran.
KH Abdurrahman Syamsuri memimpin Muhammadiyah dengan pendekatan kepemimpinan yang kharismatik dan keluasan ilmu agamanya. Pernah diberi gelar guru besar salah satu perguruan tinggi, tetapi ia menolaknya
Abdurrahman Syamsuri lahir pada tanggal 1 Oktober 1925 dari pasangan Kiai Syamsuri dan Nyai Walidjah. Kiai Syamsuri sehai-hari berprofesi sebagia petani, penggergaji kayu, dan sesekali menggergaji kapur sedangkan Ibu Nyai Walidjah sebagai pedagang kecil di pasar Desa Payaman Kecamatan Solokuro
Saudara Abdurrahman Syamsuri ada enam. Ia anak pertama laki laki. Adapun saudaranya yaitu Nyai Amimah, Nyai Musyriah, Kiai Abdurrahim, Kiai Muhammad Yasin dan Kiai Umar Faruq. Abdurrahman Syamsuri sejak kecil digembleng oleh kakeknya yaitu Kiai Idris yang terkenal sebagai pendakwah untuk memerangi kemusyrikan di Paciran.
Pendidikan Abdurrahman Syamsuri dilalui di Madrasah Islam Paciran pada tahun 1935. Setelah menamatkan pendidikan dasar beliau melanjutkan mondok di Pondok Pesantren Kranji di bawah asuhan KH Mustofa Abdul Karim sampai tahun 1938. Kemudian menjadi santri KH Mohammad Amin Musthofa di Desa Tunggul Kecamatan Paciran sampai tahun 1940. Di pondok pesantren ini Abdurrahman Syamsuri mempelajari nahwu, sharaf, tafsir, musthahalul Hadits, fiqih, dan aqidah.
Setelah itu beliau melanjutkan lagi mondok di Tulungagung di bawah asuhan KH Abdul Fatah (1944-1945), kemudian nyantri di KH Hasyim Asyari Tebuireng Jombang selama setahun dan dilanjutkan nyantri lagi di KH Ma’ruf Kedung Lo Kediri pada tahun 1946.
Pada tanggal 18 Oktober 1948 Abdurrahman Syamsuri meminjam tanah ke Pak Hadir yang ditumbuhi asam untuk dibangun sebuah asrama atau gota’an yang dinamai al-Hijrah. Saat itu ditandai sebagai tonggak sejarah pondok yang dinamai Al-Mahad Al-Islamy Pondok Pesantren Karangasem Paciran.
Nama Karangasem sendiri berasal dari sebuah pohon asem di pekarangan pondok yang digunakan untuk adzan di atas pohon oleh para santri. Akhirnya Abdurrahman Syamsuri menyebut pondok yang baru didirikan dengan nama “Karangasem”.
Kisah Inspiratif
Sebagai murid kepercayaan Kiai Muhammad Amin Musthofa, Kiai Abdurrahman Syamsuri juga diambil menantu oleh Kiai Amin dan dijodohkan dengan putri beliau yang bernama Rahimah. Namun, pernikahan Nyai Rahimah dan kiai Abdurrahman Syamsuri tidak berlangsung lama karena Nyai Rahimah masih ingin melanjutkan mondok di Kranji dan kiai Abdurrahman Syamsuri ingin melanjutkan perjuangan menuntut ilmu seluas-luasnya.
Kiai Abdurrahman Syamsuri yang sering dipanggil Yi Man dikenal dekat baik dan ramah semanak dengan masyarakat awam dan kelas akar rumput. Suka menyapa dan mengunjungi atau silaturrahim ke rumah warga masyarakat binaannya baik di desa Paciran maupun di luar desa Paciran
Menjadi Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan selama 2 periode. Jaringannya sangat luas baik di kalangan Muhammadiyah, Majelis Ulama maupun birokrat.
Pada saat itu, apabila ada pejabat seperti Bupati Lamongan yang membutuhkan pikiran dan nasehatnya, maka Bupatilah yang datang ke tempat tinggal KH Abdurrahman Syamsuri. Sebaliknya bila KH Abdurrahman Syamsuri membutuhkan bersilaturrahim maka para pejabat atau birokratlah yang segera datang ke tempat tinggalnya.
Yi Man pernah merasakan pengapnya tahanan pada tahun 1977. Ia bersama para Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan dan para mubaligh ditahanan oleh pemerintahan orde baru. Kiai Abdurrahman Syamsuri mendekam di penjara selama 23 hari. Sedangkan Kiai A Manaf Zahri Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan dipenjara sampai wafat dipenjara.
Selain Yiman ditahan juga Kiai M Najih Bakar yang ditahan selama 30 hari, Kiai Syaihul Arif Mustadjib mendekam ditahanan selama 11 tahun Kiai Oemar Hasan mendekam ditahanan selama 7 tahun Kiai M Najih Bakar selama 30 hari, Kiai Ahmad Munir selama 26 hari, Kiai Khozin Jalik, Kiai Qirom, Kiai Munadji, Kiai Mufid, Kiai M Bisri, Kiai M Kuntari, Kiai Djakfar Rohim, dan Kiai Afnan Anshori, Kiai Abdul Halim,
Para Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan saat itu ditahan dan dijebloskan ke penjara oleh rezim Orde Baru karena tersangkut korban fitnah komando jihad
Pada saat Kiai Abdurrahman Syamsuri menimba ilmu di berbagai pesantren, ia selalu menjadi kesayangannya kiai. Di samping itu ia selalu nampak menonjol karena kecerdasannya. Oleh karena itu, ia sering menggantikan kiainya menjadi mengajar atau berceramah.
KH Abdurrahman Syamsuri sangat menghormati tamunya walau tamunya tergolong masih muda. Beliau tidak segan segan ikut menyajikan makanan apabila waktu makan tiba atau mengetahui tamunya belum makan.Bahkan KH Abdurrahman Syamsuri seringkali tidak kebagian makanan karena makanan yang disuguhkan sudah dihabiskan tamunya
Kebiasaan setiap pagi atau sore keliling pesantren dengan jalan kaki dilakukan KH Abdurrahman Syamsuri. Sekali kali memakai motor vespa butut kesayangannya. Ia sangat sederhana dalam hidupnya termasuk dalam hal berpakaian. Bila mengisi pengajian atau menghadiri rapat barulah ia memakai jas atau pakaian yang nampak bagus.
Santri lulusan Pondok Pesantren Karangasem Paciran yang dibina KH Abdurrahman Syamsuri jumlahnya ribuan dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Santri santri tersebut rata rata aktif sebagai mubaligh dan menjadi Pimpinan Persyarikatan mulai di tingkat Ranting, Cabang, Daerah dan Wilayah. Bahkan ada yang duduk di t Majelis/Lemabaga dan Ortom tingkat Pusat
Keulamaan dan reputasi KH Abdurrahman Syamsuri diakui secara regional maupun nasional. Jaringan dengan ulama ulama sangat luas sekali, termasuk dengan KH Misbah Ketua MUI Jawa Timur, KH Anwar Zen Ketua Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Di tingkat nasional ia berkawan baik dengan Mohammad Nasir Tokoh Masyumi, Ketua Dewan Dakwah Indonesia Pusat dan Mantan Perdana Menteri. KH Abdurrahman Syamsuri juga sangat dekat dengan Pak AR Fahrudin Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Saat bepergian dan menemui beberapa ulama dan birokrat, KH Abdurrahman Syamsuri sering mengajak santri dan sekretarisnya di Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan yakni Kiai M Nadjih Bakar. Beliau tidak sungkan sungkan untuk meminta pertimbangan dan pemikiran terkait dengan kemajuan Pondok Pesantren Karangasem maupun perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah Lamongan
Perjalanan Organisasi
KH Abdurrahman Syamsuri sebelum aktif di Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan terlebih dahulu menjadi Ketua Pimpinan Muhammadiyah Cabang Paciran pertama. Ia didampingi Mariyono sebagai Sekretarisnya. Mariyono adalah guru di Pondok Karangasem Paciran yang kemudian diangkat menjadi pegawai negeri di Dinas Pertanian
Pada tahun 1977 terjadi kevakuman organisasi setelah ditinggal Ketua dan Sekretaris Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan karena terkena korban fitnah komando jihad. Maka tampuk kepemimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan beralih ke KH Abdurrahman Syamsuri yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua
Selanjutnya, KH Abdurrahman Syamsuri didampingi Drs Khusnul Anam Syarif sebagai Wakil Ketua, Sekretaris M. Nadjih Bakar dan Djayusman sebagai Wakil Sekretaris. Bendahara dipercayakan kepada H. Zainuddin Pringgoboyo.
Program dan konsolidasi Majelis Tabligh, Majelis Tarjih, Majelis PKU, Majelis P & K dan Majelis Pengkaderan tetap dilanjutkan.
Pada Periode Pertama Kepemimpinannya
KH Abdurrahman Syamsuri terpilih sebagai ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan pada Musyda Muhammadiyah IV di Lamongan pada tahun 1978. Saat itu musyda IV berlangsung di kompleks SMP Muhammadiyah 2 Lamongan dengan ketua Panitia Pelaksana Shofwan Sofa
Pada masa kepemimpinan KH Abdurrahman Syamsuri periode ini sudah banyak melibatkan kader-kader muda yang juga murid dan santrinya seperti Moh Nadjih Bakar, Djayusman, Abdul Fatah, Barqus Salam. Mulai dilakukan penataan cabang seiring dengan tata administrasi pemerintahan.
Pada Periode 1978-1986 ini KH Abdurrahman Syamsuri didampingi Shofwan Shofa dan Drs Khusnul Anam Syarif sebagai Wakil Ketua. Sekretaris dan Wakil Sekretaris dipercayakan kepada Moh. Nadjih Bakar, BA dan Djajusman, BA. Sedangkan Bendahara H Usman Dimyati dan Wakilnya KH Afnan Anshari
Majelis yang sudah terbentuk di periode ini adalah Majelis PP & K, Majelis PKU, Majelis Tabligh, Majelis Wakaf/Kehartabendaan, Majelis Pustaka, Majelis Pembina Karyawan, Majelis Tarjih, Biro Kader/Organisasi dan BKP AMM
Pada Periode Kedua Kepemimpinannya
KH Abdurrahman Syamsuri terpilih sebagai ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan pada Musyda Muhammadiyah V di Lamongan pada tahun 1986. Saat itu musyda V berlangsung di kompleks SMA Muhammadiyah 4 Lamongan dengan ketua Panitia Drs. H. M. Syukron
Pada Periode 1986-1990 ini KH Abdurrahman Syamsuri didampingi Drs M Anam Syarif, Dja’far Rohim dan Khozin Ilham sebagai Wakil Ketua. Sekretaris dan Wakil Sekretaris dipercayakan kepada M Nadjih Bakar, BA dan Barqussalam, BA. Sebagai Bendahara KH Afnan Anshari dan Wakil Bendahara Drs. H. M. Syukron
Majelis yang sudah terbentuk pada periode ini yaitu Majelis P & K, Majelis Tarjih, Majelis PKU, Majelis Tabligh, Majelis Wakaf/Kehartabendaan, Majelis Ekonomi, Majelis Pustaka, BPK dan BKP AMM
Pada periode ini, dilakukan konsolidasi organisasi dengan pendataan, pembinaan Cabang, Ranting, AUM dan Ortom melalui pengajian pengajian atau turba dari Cabang ke Cabang.
Sejak diberlakukan Undang Undang Keormasan Nomor 8 Tahun 1985, maka nampak geliat organisasi untuk melaporkan keberadaan Pimpinan Ranting, Cabang dan Ortom. Termasuk juga pendataan keanggotaan yang dibuktikan dengan NBM (Nomor Baku Muhammadiyah)
Aktif di Luar Persyarikatan
Selain sebagai Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Lamongan, KH Abdurrahman Syamsuri juga pernah menjadi Anggota Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode . Anggota Tanwir Tanwir Muhammadiyah 1979-1984. Kemudian menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Periode 1990-1995.
Di samping itu, KH Abdurrahman Syamsuri aktif juga di MUI Provinsi Jawa Timur, Dewan Pembina Qori’ dan Qoriah Provinsi Jawa Timur. Dewan Dakwah Indonesia (DDI) Provinsi Jawa Timur
KH Abdurrahman Syamsuri juga menjadi Hakim di Pengadilan Agama di Lamongan. Beliau diangkat sebagai Hakim Agama Honorer Hakim Pengadilan Agama di Lamongan. Pada waktu itu sebagai Ketua Pengadilan Agama M Taufiq yang sama sama aktifis LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an). Karena pada saat iti masih langkah Hakim yang mumpuni ilmunya dan belum banyak lulusan Sarjana Agama yang menjadi PNS di Pengadilan Agama Lamongan
Di samping sebagai Hakim di Pengadilan Agama Lamongan, KH Abdurrahman Syamsuri juga menjadi juri tetap MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) se Indonesia. Musabaqah Tilawatil Qur’an adalah bidang lomba membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan Al-Qur’an yang mengikuti kaidah-kaidah hukum tajwid, membaca dengan adab tilawah, serta seni lagu dan suara. MTQ Nasional diselenggarakan setiap dua tahun sekali.
Kiai Abdurrahman Syamsuri meninggal dunia pada hari kamis tanggal 27 Maret 199, pukul 01.00 di Rumah Sakit Darmo Surabaya dikarenakan sakit dalam usia 72 tahun. Sekitar pukul 12.30, keluarga, santri, alumni, dan ribuan orang mengantar jenazah KH Abdurrahman Syamsuri ke tempat peristirahatan terakhir di makam umum Sluwuk Desa Paciran
Nama KH Abdurrahman Syamsuri diabadikan saat ini menjadi nama Rumah Sakit yang cukup megah di pantura yaitu Rumah Sakit KH Abdurrahman Syamsuri yang disingkat RS Arsy di jalan Deandles KM 78 Paciran Lamongan
Fathurrahim Syuhadi, Ketua MPK PDM Lamongan