SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keluarga Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Halal Bihalal 1444 H dengan tema ‘Merekatkan Ukhuwah, Menebar Kebaikan’ yang dilaksanakan, Sabtu, (29/4) di Gedung Auditorium Moh., Djazman UMS.
Dalam sambutan Rektor, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., menyampaikan sugeng rawuh kepada dosen dan karyawan UMS. Alhamdulillah acara ini juga bisa dihadiri oleh sesepuh UMS yang berkontribusi dalam perkembangan UMS sampai sekarang ini.
“Sebelum sambutan, saya akan memberikan pengumuman terlebih dahulu bahwa pendaftar UMS pada hari ini per tanggal 29 April 2023 sejumlah 11.522,” paparnya.
Apabila dibandingkan dengan tanggal dan bulan yang sama pada tahun lalu, mengalami peningkatam 22%. Sehingga perlu kita syukuri bersama bahwa UMS dapat bersaing dengan perguruan tinggi negeri terutama kebijkan baru bagi kampus yang termasuk Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
“Alhamdulillah jumlah pendaftar mahasiswa UMS masih bertahan, bahkan naik, karena dari sisi kualitas juga berani bersaing. Selain itu, UMS juga telah mendapatkan kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri,” tegas Rektor UMS itu.
Dalam kesempatan itu, narasumber pengajian Drs. H. Jumari selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah menyampaikan tiga poin penting yang terkandung dalam Qs. As-Saff ayat 1-4 yang berkaitan dengan Ukhuwah Islamiyah.
“Dalam ayat ke-4 dikatakan bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang berjuang di jalannya dengan barisan yang rapi, seakan-akan itu menjadi bangunan yang kokoh. Tetapi menjadi organisasi yg dicintai oleh Allah SWT, itu syaratnya atau yang menjadi landasan adalah tiga ayat sebelumnya,” paparnya.
Prinsip dasarnya yang pertama, ungkapnya, yaitu prinsip bertasbih itu mensucikan Allah SWT. Suci artinya tidak kotor, tidak tercemari, maka prinsip pertama adalah ketulusan.
“Walaupun UMS ini sudah penuh fulus, tetapi ketulusan itu tetap diperlukan. Orang itu kalau tulus, pasti akan merasakan tenang dan senang dalam hidupnya,” ungkap Jumari, Wakil Ketua PWM Jateng itu.
Kalau kebaikan yang kita lakukan senantiasa dengan dua prinsip itu, tenang dan senang. Insyaa Allah kinerjanya menjadi baik. Kalau kita terus menerus senang dan tenang, maka kita Insyaa Allah juga akan tenang dan senang.
“Kemudian yang ke dua dari spirit azizul hakim, yaitu dia yang maha perkasa dan bijaksana. Perkasa itu kan kuat, dan tidak ingah-ingih kalau bahasa jawanya,” jelasnya.
Menurutnya, warga Muhammadiyah itu tidak boleh ingih ingih. Penampilan harus keren dan meyakinkan, bisa berdiri tegak tetapi tidak sewenang-wenang.
“Kemudian pelajaran ke tiga, yaitu ayat ke dua itu tentang apabila kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Konsekuensi dari ayat ke dua As-Saff itu pimpinan ataupun warga Muhammadiyah harus memberi contoh nyata,” tambahnya.
Insyaa Allah kalau ke tiga poin ini, tentang ketulusan, bijaksana, dan memberi contoh, itu akan menjadi gerakan yang dicintai oleh Allah SWT.
“Setelah itupun masih banyak godaan, karena akan banyak orang yang mencela. Padahal kita sudah berusaha dengan keras, tulus tetapi masih saja di paido kalau bahasa jawanya,” pungkasnya.
Sehingga, tegas dia, pendidikan dan kaderisasi itu dimulai dari diri sendiri. Kalau kata Pak Dahlan Rais yang selalu saya ingat itu bukan kaderisasi kita tidak berhasil, tetapi ekspektasi kita saja yang ketinggian, karena dalam kenyataannya Muhammadiyah sampai sekarang juga terus berkembang.
Pada akhir sesi halal bihalal, panitia membagikan doorprize untuk 10 peserta yang beruntung. (Fika)