Prof Dr Yunahar Ilyas, Lc, MAg
Dalam hidup kita dituntut untuk berusaha (ikhtiar). Ikhtiar itu adalah usaha untuk memilih yang terbaik di antara yang baik. Ikhtiar itu bagian dari menjalankan sunnatullah. Tidak ada ikhtiar yang keluar dari sunnatullah. Pertama, sunnatullah yang biasa (al-‘adah). Ini yang paling banyak dialami oleh umat manusia. Nama lainnya adalah hukum alam. Hal ini bisa mudah diketahui. Kalau dia lapar maka harus makan. Kalau sakit harus berobat.
Kedua, ada sunnatullah yang tidak biasa. Sunnatullah yang tidak biasa itu bisa terjadi pada para nabi, atau calon nabi. Jika terjadi pada nabi dan rasul disebut dengan mukjizat. Sebagai contoh Nabi Ibrahim ketika dibakar oleh raja Namrud. Jika mengikuti hukum alam, ketika dibakar seharusnya hangus. Sifat api itu panas dan membakar. Namun dalam kasus Nabi Ibrahim, hal itu tidak terjadi. Api menjadi dingin atas perintah Allah. Disebut dalam Surah Al-Anbiya ayat 69: “Kami berfirman, Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim.”
Ada juga khaliqul ‘adah yang terjadi pada orangorang shalih, para auliya tertentu dan wali-wali Allah. Misalnya pada Maryam ibu Nabi Isa as, yang melahirkan tanpa proses kawin. Tetapi Maryam tidak bisa mengulangi dan tidak tau kapan datangnya.
Umar bin Khatttab juga pernah mengalaminya. Berpidato di depan kaum Muslimin di Madinah dan memberi perintah kepada pasukan perang di suatu tempat yang jauh untuk naik ke atas bukit. Ketika itu, Umar bisa melihat para pasukan yang telah terkepung dan pasukan juga bisa mendengar instruksi Umar. Itulah namanya karomah. Hanya diberikan pada saat benar-benar terdesak dan sangat dibutuhkan. Umar tidak tau itu terjadi dan tidak bisa mengulanginya lagi.
Kalau ada yang mengaku-ngaku punya karomah itu bukan wali Allah. Jika ada orang yang bukan nabi, bukan rasul dan bukan wali, namun bisa melakukan sesuatu di luar kebiasaan, maka itu merupakan ilmu. Bisa dipelajari dan ada trik tertentu. Termasuk ilmu sihir. Seperti halnya tukang sihir zaman nabi Musa. Nabi Musa diperintahkan melempar tongkatnya dan memakan ular-ular tukang sihir. Sihir tidak merubah kenyataan. Sihir hanya merubah pandangan orang.
Sihir tidak bisa merubah batu menjadi dolar. Seandainya sihir bisa merubah kenyataan, maka tukang sihir bisa menjadi orang paling kaya di dunia. Dia akan merubah bukit menjadi emas, merubah kertas menjadi uang.
Termasuk juga ilmu adalah ilmu pengetahuan. Bisa jadi orang tidak tertembak karena pakai baju anti peluru, tidak terbakar karena memakai baju anti api. Terkait penggandaan uang Dimas Kanjeng, ada dua kemungkinan. Pertama, itu uang palsu. Kedua, itu uang dari Bank Indonesia yang dipindahkan oleh jin. Jika uang palsu maka telah melanggar hukum. BI saja tidak boleh cetak uang semaunya. Akan terjadi inflasi dan efek lainnya. mencetak uang ada aturannya.
Sebagai orang Muslim, pertama, kita tetap berpegang teguh dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah. Kedua, selalu menggunakan akal sehat. Harus kritis. Syaikh Abdul Qadir Jailani, pada suatu malam tatkala sedang berzikir di masjid bersama muridnya. Tiba-tiba datang satu sosok manusia dan duduk di depannya, memakai baju putih dan mengaku malaikat Jibril. Ia mengatakan, “Saya diutus oleh Allah untuk mengabarkan kabar gembira kepadamu, yaitu amal ibadahmu diterima oleh Allah dan diampuni semua kesalahanmu. Oleh karena itu, mulai detik ini engkau dibebaskan dari syariah. Tidak ada ada lagi kewajiban ibadah.”
Mendengar hal itu, maka syaikh Abdul Qadir Jailani spontan mengatakan, “Setan, pergi dari sini!” Muridnya heran dan bertanya, “Mengapa guru tahu dan menyuruhnya pergi?” Kata Syaikh Abdul Qadir Jailani, “Saya memakai akal sehat. Nabi saja sebagai nabi dan rasul dan kekasih Allah tidak pernah dibebaskan dari syariat, bahkan lebih berat dari syariat umatnya. Nabi tidak hanya diwajibkan shalat sehari-hari tapi juga diwajibkan shalat malam.” (Ribas)
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 21 Tahun 2016