Cak Mus, begitu banyak orang memanggilnya. Namun saya sendiri memanggil dengan sebutan pak Mus, dari nama lengkap Mustofa W Hasyim. Tokoh sastra kelahiran Yogyakarta ini merupakan redaktur senior di majalah Suara Muhammadiyah yang memegang beberapa rubrik.
Nama Mustofa W Hasyim, sudah tidak asing lagi di kalangan media, rekan-rekan wartawan, para sastrawan, dan tokoh-tokoh seni, baik di Yogyakarta maupun di tanah air. Pak Mus pernah terpilih sebagai salah satu penyair yang diundang dalam pertemuan penyair nusantara XI yang dihadiri oleh para sastrawan dari 6 negara.
Saking terkenalnya nama beliau, teman-teman di Suara Muhammadiyah, sering mengatakan, nama Mustofa W Hasyim jauh lebih dikenal dibanding nama Suara Muhammadiyah. Bahkan lucunya, orang lebih banyak tau nama “Mustofa W Hasyim, ketimbang orangnya sendiri.
Sejak pensiun 6 tahun yang lalu, beliau tetap mengabdikan dirinya di Suara Muhammadiyah. Walaupun sebenarnya pak Mus bisa menikmati hari tua bersama putra-putri dan cucunya, namun tradisi menulis yang telah menghunjam kuat dalam dirinya, tidak bisa menjauhkan aktivitas hariannya dengan menulis.
Sebagaimana karyawan muda lainnya, pak Mus setia datang dan pulang dari kantor sebagaimana jam kerja kantor. Walau kadang, tidak jarang pak Mus pulang larut dan bahkan jam libur beliau tetap masuk. Tujuannya tentu satu, yaitu bisa menulis berbagai ide, untuk dituangkan ke berbagai jenis tulisan.
Sebab bagi pak Mus, menulis tidak ada kaitannya dengan jam kerja dan waktu, bagi seorang penulis, tidak ada istilah libur dan tanggal merah, kapan saja adalah waktu menulis, apalagi ketika seorang penulis menemukan sebuah inspirasi, maka seketika itu juga, harus ditulis, begitu komentar beliau pada kami suatu waktu.
Dengan konsistensinya dalam dunia menulis, pak Mus telah melahirkan berbagai karya tulis seperti buku, novel, cerita pendek dan ratusan puisi yang sering dibacanya dalam berbagai event. Salah satu karya beliau yang sangat tersohor di lingkungan Muhammadiyah adalah buku yang berjudul ” Ranting Itu Penting “.
Dan sejak saya berkecimpung di dunia jurnalistik, pak Mustofa adalah guru teladan yang setia menjadi teman diskusi tanpa merendahkan dan menggurui. Sehingga dalam berbagai momen, saya dan beliau sering mengisi berbagai forum pelatihan jurnalistik bersama. Tidak hanya itu, saya pun diajak beliau untuk menulis bareng, buku tentang jusnalistik, yang berjudul ” Panduan Praktis Jurnalisme Muhammadiyah”.
Walaupun waktu tidak lagi sering membuat kami bersama, namun tidak jarang pak Mus melalui kiriman WA nya, memberikan motivasi, semangat dan ide-ide briliant untuk saya jalankan, sebagai manajemen di perusahaan. Pak Mus, adalah contoh dari sekian banyak tokoh sastra dan jurnalis Muhammadiyah, yang konsisten dengan cara hidupnya.
Sehat selalu Pak Mus, dan teruslah menjadi inspirasi bagi generasi muda dan umat. Salam
Deni Asyari, Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah