SUDAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah Sudan menggelar forum diskusi dan silaturahim.
Kegiatan yang digelar secara virtual pada Jum’at 24 Maret 2023 ini menghadirian Wakil Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana disingkap LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Hening Parlan.
Perempuan yang berpengalaman dalam mengampanyekan isu lingkungan hidup ini menyampaikan 3 poin penting kepada anggota PCIM dan PCIA yang rata-rata adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di negeri Sudan.
Pertama adalah membangun kapasitas diri. Menurut dia, seseorang yang memiliki kapasitas atau kemampuan diri yang mumpuni, dapat melakukan suatu kebaikan pada ruang dan waktu yang tepat.
“Jadi manusia jangan serakah, bahwa saya akan ada di semua lini di seluruh dunia ini, tidak usah,”tegasnya.
Lanjut dia, membangun kapasitas diri tandanya bersyukur atas karunia Allah. Orang yang bersyukur akan kapasitas diri akan berprestasi.
Namun jika prestasi ini tidak menjadi berkah jika tidak diamalkan untuk umat dan hanya milik individual.
Kedua adalah membangun profesionalitas diri yang itu bila dikembangkan akan menjadi jiwa-jiwa mujahid dakwah.
Hening mencontohkan KH. Ahmad Dahlan. Dalam pemahamannya, KH. Ahmad Dahlan adalah sosok yang tidak berpikir untuk dirinya sendiri.
“Saya merinding tiap kali menyebut nama KH. Ahmad Dahlan. Beliau berpikir bagaimana agar umat yang tidak bisa sekolah itu bisa sekolah, yang pada sakit kudikan dan segala macam bisa berobat. Jiwanya Al Ma’un bangat,” ungkapnya.
“Maka belajarlah kita kepada KH. Ahmad Dahlan. Beliau berpikir dan bertindak dengan keislaman dan keberpihakan,” imbuhnya.
Yang ketiga adalah menggerakkan. Proses menggerakkan inilah yang kemudian berlangsung terus-menerus.
“Kalau kita baca sejarah KH. Ahmad Dahlan, akan ditemukan, hampir semua kata-kata KH. Ahmad Dahlan adalah menggerakkan,” jelasnya.
Menurut Hening, KH. Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa, manusia tidak boleh berhenti dan putus asa.
Dalam kesempatan ini, ia meminta untuk menempatkan Muhammadiyah pada step ketiga bukan sebaliknya.
“Jangan dibalik. Muhammadiyah ditempatkan pertama dan anda jauh di sana. Maka yang terjadi adalah orang akan mencari kehidupan di Muhammadiyah,” tegasnya.
“Kita harus hebat dan berkontribusi untuk Muhammadiyah. Kalau perlu saya bekerja di mana, apapun jaringan yang saya miliki, harus bermanfaat untuk Muhammad, bukan dibalik,” tutupnya. (Iwan Abdul Gani)